Senin, 20 April 2009

BERAGAMA DENGAN SANTUN DAN DAMAI

Ajaran dan pesan agama itu bagaikan air hujan yang membuat kering menjadi gembur, sehingga rumput dan pepohonan pun tumbuh rindang. Bunganya yang warna-warni sedap dipandang mata. Kemudian daun, buah dan batangnya menawarkan manfaat buat manusia. Begitulah gambaran al-Qur’an tentang wahyu yang diturunkan melalui para rasulnya yang merupakan cikal-bakal agama, yang semuanya itu diharapkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ajaran dan pesan agama itu bagaikan obat penawar berbagai penyakit. Terutama penyakit hati dan sosial, agar masyarakat hidup damai, makmur dan bahagia, begitulah indahnya pesan al-Qur’an. Jadi kalau akhir-akhir ini kita melihat dan menyaksikan kehidupan beragama yang terkesan radikal dan mengumbar kebencian dengan sesama warga negara dan sesama umat beragama hal itu dikarenakan adanya kesalahan dalam berkomunikasi dan krisis dalam bersilahturahmi. Hal ini sangatlah perlu disadari oleh semuanya.

Sebagai umat beragama apapun agama dan pemahamanya, kita semua malu ketika agama justru menjadi sumber dan beban masalah bagi kehidupan berbangsa dan kemanusiaan. Bukannya sebagai penyejuk dan penyubur kehidupan dan peradaban. Orang boleh saja berkata ajaran agama mesti benar, namun yang salah umatnya atau pengikutnya. Akan tetapi perlu kita ingat, agama apapun namanya pada akhirnya baik atau buruk ajarannya akan dilihat bagaimana dampak dan wujudnya yang ditunjukan oleh pemeluk dan yang mengusung agama tersebut. Seperti halnya obat, betapa pun muluk-muluk dan indahnya iklan obat tersebut, orang akan menghargai dan membeli atau menolak obat itu setelah dibuktikan oleh mereka yang meminumnya. Jadi begitu wahyu yang turun dari langit dan alam ghaib turun ke bumi manusia, baik atau buruk sebuah agama akan dilihat pada fungsi dan dampaknya, apakah benar-benar sebagai obat penawar dan air penyejuk ataukah akan menjadi sumber konflik dan peperangan? Pendeknya agama telah masuk pada wilayah profan, meski berasal dari dunia yang sakral. Itulah sebabnya Tuhan tidak sembarangan memilih nabi dan rasul, dan yang dipilih mesti orang yang akhlaknya baik, tutur katanya lemah lembut, tegas dan jelas dalam pendirian, namun bijak dan cerdas dalam menghadapi orang yang berbeda, bahkan beseberangan.

Figur nabi dan rasul dalam sejarah masih mudah ditelusuri antara lain nabi Ibrahim a.s, nabi Musa a.s, nabi Isa a.s, dan nabi akhir zaman Muhammad SAW, kesemuanya itu dikenal oleh kaumnya sebagai orang yang berakhlak mulia dan sangat santun, jadi kalau ada orang yang membawa bendera dan menyatakan diri sebagai pewaris ajaran nabi dan rasulnya tetapi meninggalkan prinsip akhlak mulia dan kesantunan, maka orang itu telah menodai citra para nabi dan rasul yang mulia. Prinsip ini berlaku bagi umat Yahudi, Nasrani dan juga Islam yang ketiganya sering konflik bahkan sampai menumpahkan darah atas nama Tuhan, sehingga menodai lembaran sejarah agama, yang mana agama itu diajarkan, dibela, sekaligus dicurigai dan dibenci.

Sekarang ini umat Yahudi dan Nasrani dibelahan barat maupun umat Islam dibelahan timur saling mengidap rasa curiga antara satu terhadap yang lainnya. Dibarat perkembangan Islam dipandang sebagai agresi kultural dan ideologis terhadap agama mainstream. Sebaliknya pengaruh dan kehadiran Yahudi serta Nasrani ke dunia Islam dianggap sebagai kelanjutan imperialisme dan perang salib. Maka semuanya mengidap rasa dan sikap saling membenci serta curiga, semuanya sakit, semuanya mudah marah dan mudah tersinggung. Semua pihak mengalami krisis percaya diri dan toleransi. Apakah yang menjadi penyebab semua ini? Tentu banyak! dan pertanyaan ini tak habis-habisnya dibahas oleh para cendikiawan agama dan ilmuwan sosial sehingga telah menghasilkan ribuan judul buku.

Kembali keposisi awal, agama sebagai curah hujan dari langit atau mengalir dari sumber mata air yang jernih. Maka bila percikan dan aliran air itu mengumpul, menyatu, dan kemudian menjelma menjadi sungai besar dalam arus sejarah, sudah pasti air tak pernah lagi jernih. Banyak sekali elemen lain yang ikut bergabung, mulai dari ikan, udang, binatang air lainnya, sampai sampah dan kotoran lain. Begitulah sejarah agama, pesan ajaran suci dan mulia dari Tuhan yang bergerak bersama berbagai elemen lain yang dimasukan oleh pemeluknya, sehingga ketika agama menyejarah, maka wajahnya selalu mendua, sebuah cita suci dan mulia, namun adakalanya diteriakan oleh hati, tangan, dan pikiran yang tidak selalu suci, mulia, santun dan cinta damai. Ditambah lagi Indonesia adalah Negara bangsa yang mejemuk, bukan Negara agama, maka kalau tidak arif dan tidak mau belajar dari sejarah, tragedi konflik berdarah atas nama Tuhan, rasul dan agama akan terjadi lagi dan lagi, di bumi hijau, subur dan indah ini. Ketika keanggunan dan keindahan pesan dasar agama dibungkus dengan wajah masam dan bengis, agama akan tergeser dan menjadi sumber pertikaian. Maka jadikanlah agama sebagai sumber kenyamanan dalam hidup dan membungkusnya dengan hati yang indah, wajah ceria, santun dan damai. Agar tercipta kerukunan beragama yang harmonis dan teladan bagi setiap orang yang ada di muka bumi ini.

Senin, 30 Maret 2009

BERTANYALAH PADA AL-QURAN



Hati kita bertanya: Kenapa aku diuji?

Qur'an menjawab:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan; " Kami telah beriman, "sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS.Al-Ankabut:2-3)

“…Dan Allah berbuat demikian, Menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS.Ali-Imran:154)

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu…”(QS.Al-An’am:165)

“Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS.Al-Kahf:7)

“…Kami akan menguji dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS.Al-Anbiya : 35)


Hati kita bertanya: Kenapa ujian ini begitu berat?

Qur'an menjawab:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu…” (QS.Al-Imran:186)

“Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (QS.Al-Ahzab:11)

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS.Ash-Shaafaat:106)

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS.Al-Baqarah:286)


Hati kita bertanya: Kenapa aku tak dapat apa yang aku idamkan?

Qur'an menjawab:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS.Al-Baqarah:216)

“…Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.An-Nisa:104)


Hati kita bertanya: Kenapa aku frustasi?
Qur'an menjawab:
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman" (QS Ali-Imran:139)

“…maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.Al-A’raf:35)


Hati kita bertanya: Bagaimana aku menghadapi kesulitan ini?

Qur'an menjawab:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yg berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan, dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan didaerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan)." (Q:S Ali Imran ayat 200)

“Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?, dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (QS.Al-Furqaan:20)

“Dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS.Luqman:17)

“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS.Al-Ma’arij:5)

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah)..." (QS.Al-Baqarah:45)


Hati kita bertanya: Apa yang aku dapat dari semua ini?

Qur'an menjawab:
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS.An-Nisa:40)

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl:97)

“…Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS.Ali-Imran:145)

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS.Hud:15)

“…Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dihendaki-Nya tanpa batas.” (QS.An-Nur:38)


Hati kita bertanya: Kepada siapa aku berharap?

Qur'an menjawab:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al-Baqarah;186)

“Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur." (QS.Al-An’am:63)

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(QS.Ghafur:60)

"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari Nya. hanya kepadaNya aku bertawakkal.". (Q:S At-Taubah:129)

Kamis, 29 Januari 2009

CERITA PERSAHABATAN



Dan seorang remaja berkata:
Bicaralah pada kami tentang persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati yang kau taburi dengan kasih
Dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa
Dan mencarinya saat jiwa ingin kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya
kau tiada takut membisikkan kata "Tidak" di kalbumu sendiri
Dan tiada juga kau menyembunyikan kata"Ya".
Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti mendengar hatinya
Karena tanpa ungkapan kata dalam persahabatan,
Segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama
Dan tercampur dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Karena itulah yang paling kau kasihi dalam dirinya,
Mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya,
Bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
Nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran
Dan tiada maksud lain dari persahabatan,
Kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan.
Karena cinta selalu mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
Bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan,
Hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu,
Biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu? jika kau sentiasa mencarinya,
Untuk sekedar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu,
Bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan,
Biarkanlah ada tawa ria dan tercampur kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi,
Hati manusia menemui fajar dan gairah segar kehidupan.

Jumat, 26 Desember 2008

AKHIR SUATU KISAH

Setelah aku sadari…

Ternyata tiada seorang pun

Yang benar-benar tahu tentang diriku

Sebab yang ku rasakan…

Betapa banyak orang-orang

Yang hanya berupaya mendzalimiku

Dalam kisah percintaan…

Perpisahan yang panjang…

Akhirnya membawaku ke dalam nestapa

Dimana… jika aku melangkahkan kaki

Aku bersua dengan orang-orang yang menjumpaiku sinis

Dan… dengannya aku bertanding dalam kebodohan

Sampai aku disoraki “Hai orang pandir…!”

Jika saja aku tak punya sekelumit pengertian

Sudah akan ku hujat semua

Kusembunyikan amarahku di hari hitam itu

Ketika kita putuskan untuk berpisah

Dan menempuh jalan masing-masing

Namun keluh dan kesah ku menebar jauh

Atas cinta yang tak kuasa lagi ku genggam

Dadaku hampir saja terbelah

Karena luapan rasa sakit

Selalu… setiap aku berkesah

Keluh panjang itu…

Mengkhianati apa yang mencabikku

Kuberitahu engkau sebagian

Apa yang mendidih dalam hatiku

Sebagian saja dari derita pahitku

Agar dapat engkau mengerti

Apa yang terjadi dan menimpa diri ini

Jika saja hatiku terbuat dari baja

Tahan dari segala kekerasan

Baja itu pasti akan luluh jua

Dan seandainya ada gagak hitam

Yang dapat menahan rasa sedih sengsaraku

Serta memikul segala kecemasanku

Gagak itu akan menjadi putih bagaikan salju

keceriaan tak lagi menyibakkan

Kemolekan wajah telanjangmu

Tidak ada lagi, sejak kesejukan cinta

Kau lepaskan dari genggaman

Dan hilang dalam lamunan…

Dalam seribu perjalanan kisah cintaku

Engkau punya tempat tersendiri

Terlindung baik di dalam hati

Semua kenangan tentang dirimu

Selalu hadir dalam ingatan

Dan tak akan pernah terlupakan…

Senin, 24 November 2008

BERDOA DAN BERMANJA KEPADA ALLAH SWT


Pada umumnya seluruh umat Islam bahkan umat manusia di seluruh dunia selalu berdoa dalam kesehariannya, baik masing-masing ataupun bersama-sama, dalam keadaan senang ataupun susah, dalam keadaan sehat ataupun sakit, dan dalam keadaan makmur ataupun bencana, baik dengan rasa syukur ataupun meminta pertolongan. Doa merupakan keutamaan dalam ibadah setiap agama dengan cara yang beragam.

Pada kaum muslimin doa merupakan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam menjalankan rutinitas maupun kepada hal yang lebih spesifik guna memohon dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Di dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang berdoa dan hanya kepada-Nya lah manusia pantas memohon dan meminta apapun. Diantaranya, Allah SWT berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al-Baqarah:186)
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka,…” (QS.Ar-Ra’d:14)
Dari firman Allah SWT tersebut diatas sangat jelas bahwa hanya kepada-Nya lah manusia berdoa dan memohon sesuatu ataupun bersyukur karena telah melimpahkan karunia dan anugerah-Nya kepada seluruh langit dan bumi beserta isinya.
Namun dalam kehidupan manusia yang sangat kompleks pada persoalan dunia, begitu banyak manusia yang lupa pada perintah-Nya dalam berbagai hal disaat kehidupan mereka sedang merasa disenangkan oleh kehidupan dunia, mereka pun lalai dari doa mereka sendiri. Dan ketika manusia hidupnya berada dalam kesulitan atau bencana menimpanya barulah mereka berdoa kepada Allah SWT, baik dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. Namun setelah Allah hilangkan kesulitan dan bencana yang telah menimpa manusia, mereka seakan-akan lupa pada doa-doanya kepada Allah SWT untuk memohon pertolongan atas kesulitan atau bencana yang pernah menimpanya dan manusia kembali ke jalan yang sesat. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau derdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS.Yunus:12)
Adapun orang-orang yang merasa rajin dengan ibadahnya kepada Allah SWT, terkadang sering kali merasa kecewa dan putus asa, ketika sudah banyak berdoa, mereka merasa doa-doanya tidak dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena mereka merasa masih tetap saja dalam kesengsaraan atau kesulitan. Dan pada akhirnya mereka melunturkan keimanan mereka sendiri terhadap Allah SWT, karena mereka berburuk sangka pada kasih sayang-Nya yang tanpa mereka sadari mereka telah merusak keimanan diri mereka sendiri. Dalam hal ini dimana letak permasalahnnya? Apakah Allah SWT memang lupa atau tidak mendengarkan doa hamba-Nya? Tidak! Allah SWT Tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang saleh. Namun, mengapa doa-doa hamba-Nya terkadang merasa tidak terkabulkan..? Pada tulisan ini saya ingin berbagi cerita bagaimana kebesaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang sungguh-sungguh! Serta bagaimana sebaik-sebaiknya cara berdoa kepada Allah SWT?
Manusia pada umumnya sering tidak menyadari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik pada dirinya, salah-satunya yang sering dilakukan ketika sedang mendapatkan masalah atau kesulitan justru lebih memilih menceritakan atau curhat tentang masalah atau kesulitan itu kepada teman/sahabat/keluarga yang dianggap dekat dan akrab. Dengan menceritakannya kepada mereka umumnya orang merasa lega karena orang terdekatnya sudah dan mau mendengarkan segala masalah, kesulitan, kegelisahan ataupun kesedihan hati. Bahkan yang lebih parah lagi ada juga orang ketika berada dalam kesulitan atau bencana malah memberikan sesajian kepada gunung, laut atau pohon keramat tapi berdoanya kepada Allah SWT. Dan ketika berdoa kepada Allah SWT biasanya manusia langsung pada point permintaannya. Semisal, jika sedang sakit kita akan berdoa meminta kesembuhan kepada Allah SWT, seraya berkata; “Ya Allah.. Sembuhkan hamba-Mu yang sedang sakit ini” atau mungkin dengan kalimat lainnya, yang tanpa disadari seolah-olah kita menggurui Allah SWT. Padahal tanpa kita ucapkan permintaan dari doa itu pun, Allah SWT sudah mengetahui kalau hamba-Nya sedang sakit dan yang diinginkan pasti kesembuhan. Hal itu yang mungkin juga dikatakan Allah SWT di dalam firman-Nya;
“Dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka” (QS.Al-Ahqaf:5).
Karena sudah jelas Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat, maka tidak ada satu pun yang luput dari-Nya. Manusia memang seharusnya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT jika ingin selamat di dunia dan akhirat. Begitupun ketika dalam berdoa, baik sedang senang ataupun susah, sehat ataupun sakit, buatlah diri kita sedekat serta senyaman mungkin dengan Allah SWT, lalu kita ceritakan dan curahkanlah dengan berendah diri dan suara lembut segala permasalahan kepada-Nya, seperti dikatakan dalam dalam firman-Nya;
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara lembut.”
(QS.Al-A’raaf:55)
Bermanja-manjalah dalam memohon dan meminta sesuatu kepada-Nya, seperti halnya seorang anak kecil yang bermanja-manja ketika menginginkan sesuatu kepada orang tuanya. Karena Allah sendiri yang mengatakan di dalam surat Al-Baqarah:186 dengan firman-Nya; ‘annii fa innii qoriibun (Bahwasanya Aku adalah dekat) dan didalam surat Al-Qahf:16 dengan firmannya; wanahnu aqrobu ilaihi minhablil wariid (dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya) sangat jelas dalam ayat ini Allah SWT sangatlah dekat daripada urat leher manusia dan Allah SWT akan sangat senang pula apabila hamba-Nya sangat dekat dan akrab kepada-Nya seperti kalimat qoriib dan aqrobu yang dikatakan ayat tersebut, dan Allah SWT pun akan sangat senang mendengarkan dan mengabulkan permohonan serta permintaan dari doa-doa hamba-Nya. Walaupun Allah sudah mengetahui apa yang terjadi pada hamba-Nya sebelum memohon. Namun haruslah tetap kita sampaikan karena Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan doa-doa hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Semisal, jika sedang sakit kronis, ceritakan dan curahkanlah semua keluh-kesah rasa sakit kita kepada-Nya, dengan lembut, seraya berkata;
Example:
“Ya Allah.., Engkau-lah yang memberikan cobaan ini pada hamba, rasa sakit yang sungguh luar biasa sakitnya.., dari mulai ujung kaki hingga ujung rambut ini merasakannya.., sakit yang amat sangat.., meskipun hamba rasa sudah tidak lagi mampu menahan sakit ini.., namun kuatkanlah hati hamba selalu dalam keimanan-Mu, dalam menerima cobaan ini.., hamba yakin Engkau masih sayang kepada hamba.., Engkau-lah Maha Pemilik Segala-galanya.., maka hanya dengan izin-Mu lah hamba memohon.., berikanlah jalan yang terbaik bagi penyakit hamba ini.., dan jadikanlah hamba-Mu ini kedalam golongan orang-orang yang sabar.., Amiin.. Ya Rabbal’alamiin..”
Setelah berdoa, serahkan dan biarkanlah Allah SWT yang menentukan segala urusan serta jalan keluar yang terbaik, dan kita sebagai manusia harus tetap berikhtiar sesuai kemampuan yang dimiliki. Jangan pernah merasa kecewa kepada-Nya dari hasil yang sudah ditentukan oleh Allah SWT apabila tidak sesuai dengan keinginan hati. Karena yang baik menurut manusia sesungguhnya belum tentu hal itu baik, dan yang buruk menurut manusia belum tentu juga hal itu buruk, seperti yang Allah SWT katakan di dalam firman-Nya:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
(QS.Al-Baqarah:216)
Kita mungkin masih ingat cerita Nabi Ibrahim a.s yang dibakar oleh raja Namrud dan tentaranya yang sangat kejam. Pada tulisan ini saya ingin mengingatkan kembali cerita bagaimana kejadian di saat nabi Ibrahim dibakar. Dengan tangan nabi yang terikat erat di sebuah tiang dan disekelilingnya diletakan kayu bakar yang telah disusun untuk membakar dirinya, dan ketika nabi Ibrahim hendak berdoa kepada Allah SWT, datanglah malaikat jibril yang sangat ingin menolongnya, seraya berkata; “wahai Ibrahim, aku datang hendak menolongmu, engkau katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu dari Namrud yang kejam itu” lalu nabi Ibrahim menjawab dengan tegas kepada malaikat Jibril, seraya berkata; “wahai Jibril aku tidak butuh pertolongan darimu, aku hanya butuh pertolongan kepada Allah Semata” dan malaikat Jibril kembali menjawab, seraya berkata; “lalu apa yang harus aku katakan kepada Allah SWT untuk menyelamatkanmu” kemudian nabi Ibrahim menjawab lagi dengan tegas kepada malaikat Jibril, seraya berkata; “wahai Jibril engkau ceritakan saja kepada Allah SWT apa yang terjadi pada diriku saat ini. Setelahnya biarkanlah Allah yang menentukan takdirku” Dan malaikat Jibril pun pergi menghadap Allah SWT dan menceritakan kejadian apa yang sedang menimpa nabi Ibrahim a.s. Namun apa yang terjadi pada saat itu..? nabi Ibrahim tetap dibakar oleh raja Namrud dan tentaranya yang sangat kejam. Kemudian datanglah pertolongan Allah SWT kepada nabi Ibrahim a.s, dengan fiman-Nya:
Dan Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", (QS.Al-Anbiya:69)
Dan apa yang terjadi setelah turun firman Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s? nabi menggigil kedinginan di dalam kobaran api yang menyala dan menjilat-jilat sampai api perlahan-lahan padam karena kayu sudah terbakar habis dilalap api dan menjadi abu. Namun apa yang kemudian disaksikan raja Namrud dan tentaranya? Mereka melihat nabi Ibrahim masih hidup dalam keadaan menggigil kedinginan dan kedua tangan nabi sudah tidak terikat.
Dari cerita kisah Nabi Ibrahim ini umat manusia dapat mengambil pelajaran berharga, kita bisa bayangkan bagaimana nabi Ibrahim menolak bantuan dari malaikat Jibril, yang sangat mungkin dengan mudahnya bagi malaikat Jibril membebaskan nabi Ibrahim tanpa harus dibakar. Dan Allah SWT pun tetap membiarkan nabi Ibrahim dalam keadaan terikat dan terbakar yang kemudian api menjadi dingin seperti es atas perintah Allah SWT. Padahal sangat mudah bagi Allah SWT menolong nabi Ibrahim dengan cara lain pada saat itu sekaligus membalas kezaliman raja Namrud dan tentaranya serta kaum kafir yang menginginkan nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup. Semisal, dengan cara mendatangkan badai, hujan lebat dan petir yang dahsyat atau lainnya.
Namun begitulah rencana dan cara Allah SWT bekerja dalam menentukan serta memberikan pertolongan, baik bagi para nabi, rasul serta hamba-hamban-Nya yang saleh, semua sesuai dengan kehendak-Nya, manusia sebagai ciptaan hanya bisa berserah diri dan bersimpuh pada Maha Kasih Sayang-Nya. Jangan sampai kita menjadi lupa diri setelah apa yang menimpa kita sudah dilapangkan Allah SWT seperti ayat yang diterangkan dalam QS.Yunus:12 atau lalai dalam doa kita sendiri seperti didalam QS.Al-Ahqaf:5 yang sudah dibahas diatas. Sebagai hamba Allah SWT yang beriman, janganlah kita berhenti bermanja, berdoa, memohon, meminta, mencurahkan, mengingat serta menyembah selain daripada Allah yang Maha Segala-Nya. Seperti yang dikatakan Allah SWT dalam Firman-Nya:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (QS.An-Nisa:103)
Kita tidak perlu sungkan ataupun bermalas-malas dalam melakukan ibadah kepada-Nya, karena sesungguhnya karunia dan rezeki Allah SWT tidak terbatas. Hanya bagaimana hamba-Nya saja mau memanfaatkan dengan baik atau tidak. Maka sungguhlah rugi apabila kita menjadi orang-orang yang bodoh. Dan Insya Allah kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Subhanallah.. ‘Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin..!